Layanan publik sering mendapatkan kritik atau menjadi bahan lelucon yang membuat gelak tawa. Kritik atau lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada pengertian lain bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting.
Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa yang membuat jengkel atau konyol partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. Berikut ini teks anekdot yang akan kita jadikan pembicaraan berkenaan dengan layanan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan lingkungan. Salah satu teks anekdot yang menggambarkan layanan publik adalah teks anekdot berjudul "Politisi Blusukan Banjir".
- Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). Darman mendatangi kampung yang diterjang banjir paling parah. Kebetulan di sana banyak wartawan meliput sehingga dia makin semangat menyerahkan bingkisan.
- Darman juga tidak mau menyia-nyiakan sorotan kamera wartawan. Dia mencari strategi agar tetap menjadi perhatian media. Darman berusaha masuk ke tempat banjir dan menceburkan diri ke air. Sial baginya, dia terperosok ke selokan dan terseret derasnya air. Darman berusaha sekuat tenaga melawan arus, tetapi tak berdaya, dia hanyut.
- Untung regu penolong sangat sigap. Meskipun terseret cukup jauh, Darman masih bisa diselamatkan. Dia dibawa ke posko kesehatan dan dibaringkan di bangsal. Waktu itu semua bangsal penuh oleh orang pingsan. Darman kaget melihat orang yang ada di situ. Semuanya dia kenal, para politisi sedang blusukan. Lebih kaget lagi ketika dia melihat doa tertulis di dinding: “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”. Darman pingsan!
Apa yang dilakukan oleh Darman dan para politisi yang lain pada teks anekdot "Politisi Blusukan Banjir" di atas berkaitan dengan banjir di ibu kota. Kegiatan yang mereka lakukan meniru kegiatan dilakukan oleh Jokowi (Gubernur DKI Jakarta) atau SBY (Presiden). Namun dalam teks anekdot tersebut mereka memanfaatkan kegiatan tersebut sebagai pencitraan bahwa mereka peduli terhadap penderitaan yang dialami oleh rakyat.
Menurut saya, bakti sosial yang seharusnya dilakukan oleh para politisi itu mereka mau turun langgsung ke konstituen mereka. Dengan langsung turun ke darah di mana ia terpilih sehingga dapat menampung aspirasi dari konstituenya. Jangan hanya ketika ada bencana mereka ikut blusukan supaya diliput media dan mereka mencitrakan sebagai orang yang memperhatikan penderitaan rakyat. Kegiatan bakti sosial juga seharusnya banyak mereka lakukan. jangan hanya sekali-kali kali, ketika terjadi bencana atau ketika akan menghadapi pemilu legislatif saja.
Layanan publik dalam teks tersebut menggambarkan bahwa politisi-politisi di Indonesia memberikan layanan publik bukan karena mereka ikhlas dalam memberikan bantuan, tetapi agar mereka lebih terkenal atau sebagai pencitraan dengan memberi segala macam bantuan dan ikut terjun langsung (blusukan) di tempat bencana..
Struktur teks anekdot meliputi abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^kodaseperti di bawah ini.
Struktur | Kalimat |
Abstraksi | Pada malam Jumat, sejumlah politisi melakukan blusukan ke daerah-daerah banjir. Mereka membawa sembako untuk dibagi-bagikan kepada korban banjir. |
Orientasi | Tidak ketinggalan, Darman juga meninjau salah satu daerah yang menjadi korban banjir. Ia menebar senyum dan menjadi pusat perhatian warga. |
Krisis | Akan tetapi, Darman sial. Ia terperosok ke selokan dan terseret oleh banjir. |
Reaksi | Darman ditolong oleh regu penyelamat. Lalu, ia dibawa ke tempat yang aman. |
Koda | Darman pingsan setelah melihat ada tulisan Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas yang menempel di dinding. |
Menulis Ulang Teks Anekdot
Pada malam Jumat, sejumlah politisi melakukan blusukan ke daerah-daerah banjir. Mereka membawa sembako untuk dibagi-bagikan kepada korban banjir. Mereka melakukan kegiatan tersebut meniru apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan mantan Presiden SBY saat terjadi banjir di Jakarta.
Salah seorang Anggota DPR bernama Darman (bukan nama sebenarnya) tidak ketinggalan mengikuti kegiatan bakti sosial. Darman mengunjungi suatu daerah yang sedang terkena bencana alam banjir. Di tempat bencana banjir tersebut Darman tampak sibuk membantu para korban banjir dengan selalu menebar senyuman sehingga menjadi pusat perhatian warga yang ada di sekitar tempat bencana banjir.
Darman : "Tempat ini sangat kotor, baunya sangat menjijikan" (Darman melihat sekelilingnya dengan seksama).
Warga 1 : "Alhamdulillah, masih ada Politisi yang perduli pada kami semua"
Darman terus mengamati sekitar tempat tersebut, saat melihat seorang warga yang terhanyut dia menceburkan diri untuk menolong. Akan tetapi pada saat mencoba menolong Darman mengalami kesialan, ia tercebur ke selokan dan terseret oleh banjir. Darman berusaha sekuat tenaga, namun karena arus yang deras Darman tetap terbawa arus sungai.
Warga 2 : (sambil berlari-lari dan menghela nafas), toolllooongg... ada politisi yang hanyut terbawa arus banjir".
Setelah beberapa detik kemudian datang warga dan regu penolong untuk menolong Darman. Regu penyelamat melemparkan tali kepada Darman dan menariknya ke pinggiran sungai. Setelah sampai di tepi sungai Darman pingsan karena kelelahan melawan arus sungai. Warga dan regu penolong membawa Darman menuju tempat yang aman yaitu sebuah posko kesehatan yang terletak tak jauh dari tempat kejadian.
Setelah beberapa lama Darman siuman dari pingsannya. Darman kaget melihat banyak orang yang ada di situ. Mereka memperhatikan Darman, semuanya dia kenal, mereka adalah para politisi sedang blusukan seperti dirinya. Lebih kaget lagi ketika dia melihat doa tertulis di dinding: “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”. Darman pingsan untuk yang kedua kalinya setelah melihat tulisan yang ada di dinding tersebut.