Senin, 27 April 2020

Sistem Endoktrin pada Manusia

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa kelenjar endokrin, yaitu kelenjar hipotalamus, kelenjar hipofisis (hypofisis gland), kelenjar gondok (tiroid), kelenjar Sistem endokrin pada manusia dibangun oleh sejumlah kelenjar endokrin (kelenjar buntu) yang tersebar di tempat-tempat tertentu dalam tubuh. Kelenjar endokrin disebut kelenjar buntu karena tidak mempunyai saluran, hormon yang dihasilkan langsung dibawa oleh darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Kelenjar ini menghasilkan satu atau beberapa hormon yang bermuara langsung ke dalam pembuluh darah.

1. Macam-Macam Sistem Endokrin pada Manusia
Hormon adalah senyawa organik yang dibuat di dalam tubuh oleh sel-sel tertentu, dibebaskan oleh kelenjar endokrin, diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi memiliki kemampuan kerja yang besar untuk memelihara fungsi normal tubuh (seperti homeostatis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku).

Hormon berasal dari kata homein yang artinya memacu. Umumnya hormon bekerja pada bagian tubuh tertentu yang disebut organ sasaran. Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa kelenjar endokrin, yaitu kelenjar hipotalamus, kelenjar hipofisis (hypofisis gland), kelenjar gondok (tiroid), dan kelenjar yang lainnya.
 Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa kelenjar endokrin Sistem Endoktrin pada Manusia
a. Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus selain berfungsi sebagai pengatur dalam sistem saraf, juga memiliki peran sebagai kelenjar endokrin dengan men-sekresikan berbagai hormon yang memiliki pengaruh pada hipofisis. Beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disekresikan oleh hipofisis, yaitu ADH, TrH, dan oksitosin.

b. Kelenjar Hipofisis (Kelenjar Pituitari)
Kelenjar hipofisis ini bekerja mengendalikan kelenjar buntu lainnya sehingga sering disebut kelenjar utama (master gland). Kelenjar hipofisis terletak di bawah otak besar dan merupakan suatu tonjolan sebesar butir kacang tanah. Hipofisis bekerja di bawah pengaruh zat kimia yang dihasilkan oleh bagian hipotalamus. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon-hormon yang digunakan untuk fungsi yang berbeda. Hormon tersebut memengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis adalah hormon somatorofin (STH), hormon prolaktin, hormon tirotrofin, hormon adenotrofin, dan hormon gonadotrofin.
  1. Hormon Somatotrofin (STH). Hormon somatotrofin disebut hormon pertumbuhan atau growth hormon. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan kekerdilan (dwarfisme). Sebaliknya, kelebihan hormon ini pada usia yang masih muda akan mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan hormon pada usia dewasa, akan mengakibatkan akromegali, yaitu terjadinya penebalan pada tulang wajah, tengkorak, jari tangan, dan kaki.
  2. Hormon Prolaktin. Hormon ini berfungsi untuk merangsang sekresi air susu dari kelenjar susu atau mamae. Hormon prolaktin yang disuntikkan pada burung yang tidak bertelur akan memperlihatkan perilaku masa bertelur.
  3. Hormon Tirotrofin. Hormon tirotrofin berfungsi merangsang sekresi kelenjar tiroid.
  4. Hormon Adenotrofin. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan sekresi kelenjar anak ginjal.
  5. Hormon Gonadotrofin. Hormon gonadotrofin dapat berupa FSH atau folicle stimulating hormone. Selain itu, dapat berupa hormon Luteinzing LH, hormon ADH atau anti diuretik hormone, dan oksitosin. Pada individu betina, FSH berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel dalam ovarium dan memengaruhi serangkaian kejadian dalam siklus menstruasi. Sebaliknya, pada individu jantan, FSH digunakan untuk memengaruhi testis sehingga menghasilkan sperma. Pada individu betina, LH berfungsi untuk merangsang folikel ovarium dan ovulasi serta memengaruhi peristiwa menstruasi. Sementara itu, pada individu jantan, LH mengakibatkan penampakan kelamin sekunder . Adapun hormon ADH memengaruhi daya serap (absorpsi) air dari dan ke dalam darah. Oksitosin memengaruhi kontraksi dini rahim pada saat bayi akan dilahirkan.

c. Kelenjar Gondok (Tiroid)
Kelenjar ini berjumlah sepasang dan terletak pada bagian leher di sebelah kiri dan kanan trakea bagian atas (pangkal tenggorok). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin. Hormon ini berfungsi untuk memengaruhi perkembangan tubuh, pengaturan proses kimiawi dalam tubuh, dan perkembangan mental. Kelebihan hormon tiroksin akan mengakibatkan proses dalam tubuh yang berlebihan (hipermetabolisme) yang dikenal dengan istilah morbus basedon. Gejalanya berupa meningkatnya denyut jantung, terjadinya kegugupan, gelisah lebih cepat dan teratur, mulut ternganga, dan mata melotot. Kelebihan hormon tiroksin pada usia pertumbuhan mengakibatkan pertumbuhan raksasa.

Kekurangan hormon tiroksin akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan. Kekurangan hormon tiroksin pada anak-anak akan menyebabkan pertumbuhan kecil (kretinisme) dan kemunduran mental. Sebaliknya, kekurangan hormon tiroksin pada usia dewasa menyebabkan menurunkan proses kimiawi tubuh, aktivitas peredaran darah menurun, serta otot menjadi lembek dan lelah.

Yodium merupakan bahan penting untuk hormon tiroksin. Yodium masuk ke tubuh kita melalui makanan. Kekurangan yodium menyebabkan pembentukan hormon tiroksin terganggu dan pada akhirnya menimbulkan penyakit gondok.

d. Kelenjar Anak Gondok (Paratiroid)
Kelenjar ini terletak di dekat kelenjar tiroid bagian bawah. Hormon yang dihasilkan adalah parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfat di dalam darah.  Kelebihan hormon ini menyebabkan kalsium dalam tulang terambil sehingga terjadi pengendapan kalsium dan menyebabkan batu ginjal. Pada beberapa orang dapat menyebabkan tulang mudah sekali patah. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan gejala kadar kapur dalam darah menurun, kejang tangan dan kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, kesemutan dan sukar tidur.

e. Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal/Suprarenal)
Kelenjar ini terletak di bagian atas ginjal dan banyaknya sepasang. Kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Bagian korteks ginjal menghasilkan hormon tiroksin. Kekurangan hormon ini dapat menyebabkan penyakit Addison dengan gejala kulit menjadi merah dan dapat menimbulkan kematian.

Bagian medula menghasilkan hormon adrenalin. Adapun fungsi hormon adrenalin ini di antaranya menyempitkan pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Akibatnya, aktivitas jantung dipacu. Selain itu, mengubah gula otot atau glikogen menjadi gula darah atau glukosa, serta mengendurkan otot bronkiolus sehingga melegakan pernapasan. Rasa takut atau terkejut dapat pula menimbulkan rangsangan pada bagian medula ini sehingga menghasilkan adrenalin yang lebih banyak. Hal ini ditandai dengan denyut jantung yang cepat. Di samping itu, mata membelalak dan bulu kuduk atau bulu roma menegak.

f. Kelenjar Pankreas (Kelenjar Langerhans)
Pankreas terletak di bagian bawah lambung, sel pada pankreas dikenal sebagai pulau langerhans. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon, sekaligus merupakan kelenjar eksokrin karena menghasilkan enzim pencernaan. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi untuk mengubah gula darah menjadi gula otot. Kerja hormon insulin berlawanan (antagonis) dengan hormon adrenalin. Dengan demikian, hormon insulin bersama-sama hormon adrenalin mengatur kadar gula darah agar tetap seimbang.

Kelebihan glukosa akan disimpan dalam sel hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan insulin dapat menyebabkan diabetes melitus dan gangguan jantung serta ginjal.

g. Kelenjar Kacangan (Glandula Timus)
Kelenjar kacangan terletak dalam rongga dada dan melekat di belakang tulang dada. Kelenjar ini membuat hormon somatotropin yang berguna untuk pertumbuhan. Jika kekurangan hormon ini pada waktu muda, akan menghentikan proses pertumbuhan badan, kemudian menunjukkan gejala kretinisme (kekerdilan). Sebaliknya, jika waktu muda kelebihan hormon ini, akan menunjukkan gejala gigantisme (tumbuh raksasa). Apabila hormon ini berfungsi pada orang dewasa akan menimbulkan akromegali, yaitu pertumbuhan ujung-ujung tulang pipa ke arah samping.

h. Kelenjar Endokrin pada Usus dan Lambung
Usus 12 jari (duodenum) menghasilkan hormon sekretin dan kolesitokinin. Hormon sekretin merangsang sekresi karbohidrat (HCO3) oleh saluran empedu dan mengurangi sekresi getah lambung. Kolesitokinin merangsang pankreas untuk menghasilkan getah pankreas. Kelenjar lambung dapat menghasilkan hormon gastrin yang berfungsi untuk memacu sekresi getah lambung dan memperkuat kontraksi otot-otot lambung.

i. Hormon Kelamin
Pematangan fungsi dari alat-alat kelamin baru terbentuk pada masa pubertas (akil balig) ditandai dengan ovarium atau testis yang mulai menghasilkan ovum atau sperma yang matang. Pubertas pada laki-laki umumnya dimulai pada usia 11 tahun. ICSH (Intersistiel Cell Stimulating Hormone), salah satu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari berperan dalam pendewasaan tersebut. ICSH merangsang testis (buah zakar) untuk menggetahkan androgen atau testosteron. Hormon ini berperan merangsang pematangan sel-sel kelamin laki-laki (sperma), dan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder, seperti pertumbuhan rambut (kelamin, kumis, jenggot), suara membesar, dan pelebaran bahu.

Pubertas pada wanita umumnya terjadi lebih awal dibandingkan dengan pada laki-laki, yaitu sekitar usia 10 tahun. Masa pubertas dipicu oleh hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari, yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Keduanya merangsang folikel dan badan kuning di dalam kandung telur (ovarium) untuk mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen bertanggung jawab dalam memelihara fungsi organ kelamin dan merangsang perkembangan endometrium serta memacu pertumbuhan ciri-ciri kelamin sekunder wanita, seperti pertumbuhan rambut pada kelamin, pembesaran payudara (kelenjar susu), penumpukan lemak di bagian tertentu (bahu, pinggul, paha) sehingga memberi kesan penampakan bentuk tubuh yang khas.

Hormon progesteron dihasilkan oleh badan kuning (korpus luteum) berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan plasenta, produksi air susu dan secara umum menyiapkan serta memelihara kondisi kehamilan. Pada wanita peranan hormon dalam perkembangan kelamin ini lebih kompleks, misalnya dalam daur menstruasi, kehamilan, dan persalinan. Hal ini akan dibahas bersamaan dengan pembahasan mengenai alat kontrasepsi secara lebih rinci pada bab selanjutnya mengenai sistem produksi.

2. Mekanisme Kerja Hormon
Hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun memiliki kemampuan kerja yang besar. Umumnya hormon bekerja pada organ tubuh tertentu, yang disebut organ sasaran. Dikenal dua macam mekanisme kerja hormon, yaitu AMP siklik (duta kedua) dan pengaktifan gen.

AMP Siklik (Duta Kedua)
Setiap membran sel organ sasaran berisi protein reseptor yang dapat bersenyawa dengan hormon tertentu.nHormon bertindak sebagai duta pertama. Kompleks hormon reseptor yang terbentuk, selanjutnya akan memicu aktivitas suatu enzim. Enzim ini akan mengubah ATP menjadi AMP siklik yang bertindak sebagai duta kedua atau duta intraseluler. Duta kedua bergabung dengan enzim khas untuk menghentikan aktivitas enzim lainnya. Sebagai contoh, pada sel-sel hati dan otot, AMP siklik dipicu oleh adrenalin menghambat enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan glikogen dan mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk memecah glikogen.

Hormon-hormon lainnya bekerja pada organ sasaran dengan cara yang berbeda. Molekul-molekul hormon menembus membran sel dan bersenyawa dengan molekul-molekul protein reseptor tertentu di dalam sitoplasma. Kompleks hormon reseptor yang dibentuk memasuki nukleus dan langsung bereaksi dengan DNA, kemudian memicu transkripsi RNA dari gen tertentu. Sel sasaran membuat protein khas yang merespons hormon tertentu. Jenis hormon yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah hormon-hormon steroid